Rabu, 12 Juni 2013

Buktikan Cintamu...!!!



Sore itu terasa begitu hampa, seakan api semangat dalam diri ini sudah mulai redup. Terbesit dalam hati ingin mengobatinya, rasa rindu kepadanya yang begitu mendalam. Adek-adek TPA yang selalu tersenyum ceria. Dan ku putuskan tuk mengabaikan semua agenda yang lain, untuk dapat bertemu dengan mereka untuk mencari semangat baru.
Saat itu kami (aku bersama adek-adek di TPA) sedang belajar tentang rukun Islam. Maka yang pertama kita belajar melafadzkan kalimat syahadat dan apa saja maknanya. Karena kebanyakan anak-anak usia dibawah 7 tahun, maka tak lupa ku selingi dengan nyanyian, game dan cerita yang dapat menarik untuk mereka. Lalu dilanjutkan dengan belajar bacaan sholat serta memahamkan makna tentang ibadah sholat itu sendiri.
Tak terasa waktu sudah hampir menunjukkan waktu maghrib, maka lebih ku tekankan tentang pentingnya sholat, agar mereka pun dapat belajar untuk melaksanakannya dan tak pernah meninggalkan sholat. “ayo adek-adek jgn sampai kita lupa sma sholatnya ya, biar bisa masuk surga, karna sholat itu adalah kunci masuk surga, klo kita g punya kuncinya sudah pasti kita g akan bisa masuk, dan klo kita g masuk surga nanti bakal jatuh ke neraka, jadi tinggal pilih sendiri nanti pengen masuk surga apa neraka”, ucapku ke mereka. Ada satu suara kecil yang menyela, anak kecil bernama Apin berkata, “yo pilih masuk surga lah mas, tapi aku belum bisa bacaan sholat komplit ig mas?? Berarti aku nanti g bisa masuk surga donk?”. “Klo belum bisa bacaannya gpp, tetep sholat aja minimal dengan gerakan yang benar dan bacaan yang sudah hafal. Makanya kita harus belajar terus, bisa belajar bacaan sholat di TPA brg temen-temen yang lain dan ustadz-ustadazahnya, bisa juga belajar sama gurunya di sekolah, atau suruh ngajarin bapak di rumah ya dek, biar cepet bisa bacaan sholat dan dapet kuncinya surga”. Ia menyaut lagi, “ lha wong di rumah aja bapak g pernah sholat ug mas. klo pas TPA bapak tak ajak buat belajar sholat boleh g mas? Soalnya aku g pengen bapak besuk masuk neraka dan bisa masuk surga bareng Apin nanti”. “iya boleh koq, klo bapaknya dek Apin mau nanti kita belajar tentang sholat lagi bareng-bareng “, jawabku.
Subhanallah, betapa mulianya anak itu. Begitu besar cintanya untuk keluarganya, bukan hanya dihati namun ia sudah dapat menunjukkan dari perkataan dan perbuatannya. Bahkan tanpa disadari ia telah melaksanakan perintah Alloh yang lain. “Ku anfusakum wa ahlikum naaro” Jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka. Alangkah malunya aku saat mengetahui anak sedini itu sudah bisa membuktikan cintanya untuk keluarganya. Namun bagaimana dengan aku yang sudah sedewasa ini, dan belum bisa membuktikan secuil pun cintaku untuk keluargaku.
Dan benar, sore itu aku mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari guru-guru kecilku itu. Aku belajar dari seorang anak usia 5 tahun tentang bagaimana cara membuktikan rasa cinta untuk keluarga. Trima kasih dek Apin, seorang anak kecil yang lugu dan polos namun dapat memberiku inspirasi karna rasa cintanya pada keluarganya.
“maka buktikanlah cintamu untuk keluargamu dengan perbuatan apapun yang dapat menghindarkannya dari api neraka. Lakukan sebisamu mulai sekarang juga, sebelum kau menyesal saat menyadari mereka telah tiada”

Minggu, 26 Mei 2013

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II
KEKUATAN LIGAN AMONIA DAN AIR DALAM KOMPLEKS Ni (II) DAN Cu (II)

I.                   Maksud Percobaan
Mempelajari perbedaaan kekuatan ligan antara ligan amonia dan air

II.                Alat dan Bahan
A.    Alat     :
-          Labu ukur 25 ml                                  2 buah
-          Pipet ukur 10 ml                                  2 buah
-          Gelas beker 100 ml                             3 buah
-          Gelas ukur 25 ml                                 1 buah
-          Glasfin                                                           2 buah
-          Pipet tetes                                           2 buah
-          Pengaduk                                            1 buah
-          Spektrofotometer UV VIS                 1 buah
B.     Bahan  :
-          Kristal Ni (NO3)2. 6 H2O                  0, 75 gram
-          Kristal CuSO4.5H2O                         0, 63 gram
-          NH4OH pekat                                                4 ml
-          Akuades                                              secukupnya
 
III.               Dasar Teori
Ion kompleks atau terdiri dari atom atau ion pusat dan sejumlah ligan. Jumlah relatif komponen-komponen ini dalam kompleks stabil mengikuti ketentuan stoikiometri , walaupun ini tidak diinterpretasikan dengan konsep klasik valensi. Atom pusat dapat dikarakterkan oleh bilangan koordinasi yang menunjukkan jumlah ligan (monodentat) yang dapat membentuk kompleks stabil dengan satu atom pusat. Dalam kebanyakan kasus, bilangan koordinasi adalah 6 (sebagai dalam kasus Fe2+, Fe3+, Zn2+, Cr3+, Co3+, Ni2+), kadang 4 (Cu2+, Cu2+), tetapi 2 (Ag2+) dan 8 ( beberapa ion dalam kelompok platinum) bisa terbentuk. Ligan tersusun disekitar atom pusat secara simetris. Ion anorganik sederhana dan molekul seperti NH3, CN-, Cl-, H2O membentuk ligan monodentat (Svehla,1979).
Kebanyakan ligan adalah anion atau molekul netral yang merupakan donor elektron. Beberapa yang umum adalah F¬-, Cl-, Br¬-, CN-, NH3, H2O, CH3OH, dan OH-. Ligan seperti ini, bila menyumbangkan sepasang elektronnya kepada sebuah atom logam, disebut ligan monodentat atau ligan bergigi satu. Ligan yang mengandung dua atau lebih atom, yang masing-masing secara serempak membentuk ikatan dua donor-elektron kepada ion logam yang sama, disebut ligan polidentat. Ligan ini juga disebut ligan kelat karena ligan ini tampaknya mencengkeram kation di antara dua atau lebih atom donor (Cotton dan Wilkinson, 1989).      
Di dalam ion bebas kelima orbital d bersifat degenerasi artinya mempunyai energi yang sama dan elektron dalam orbital ini selalu memenuhi hukum multiplicity yang maksimal. Teori medan kristal terutama membicarakan pengaruh dari ligan yang tersusun secara berbeda-beda di sekitar ion pusat terhadap energi dari orbital d. pembagian orbital d menjadi dua golongan yaitu orbital eg atau dj dan orbital t2g atau de mempunyai arti penting dalam h. Bila ligan yang berupa ion negatif atau kutub negatif dari molekul mendekati ion pusat, maka medan listrik yang ditimbulkan oleh ligan tersebut akan mempengaruhi elektron d pada ion pusat. Elektron d pada ion pusat akan memberikan gaya tolak yang lebih kuat dari gaya tarik yang ada antar ligan dan ion pusat tersebut. Penolakan tersebut akan menyebabkan bertambahnya energi orbital d pada ion pusat yang bersangkutan (Syarifuddin, 1994).
Kompleks koordinasi menyerap cahaya pada daerah nampak dalam spektrum, menunjukkan warna khusus. Teori medan kristal dan medan ligan yang telah dikembangkan dapat menerangkan interpretasi warna. Ligan memimpin, untuk octahedral, ke stabilisasi orbital diagonal (t2g) dengan -4Dq (-0,4Δo) dan destabilisasi orbital aksial (eg) dengan +6Dq (+6 Δo) dan pemisahan Δo ; untuk sejumlah besar kompleks, Δo berada pada range ~7000 - ~40.000 cm-1, yang berada dalam daerah infrared dekat- tampak-ultraviolet dekat. Energy dibutuhkan untuk promosi elektron dari tingkat lebih rendah ke lebih tinggi, dan dimana energi ditangkap antara tingkat yang sama dengan daerah spektra cahaya tampak, dalam mencapai keadaan tereksistasi bagian terpilih dari spektra cahaya berwarna diserap; kita melihat residu sebagai warna dalam kompleks. Jika diagram spilting oktahedral diuji untuk semua transisi ion logam deret pertama dalam medan octahedral, dapat diketahui konsep dan dapat dimengerti mengapa beberapa senyawa tidak berwarna (Lawrance, 2010).
Teori medan kristal yang dikemukakan oleh beberapa ahli fisika pada tahun 1930 baru berkembang dan diterapkan dalam bidang kimia sekitar tahun 1950. Teori ini dikembangkan karena teori ikatan valensi yang dikemukakan oleh Linus Pauling tidak dapat menjelaskan berbagai sifat ion kompleks, misalnya (Syarifuddin, 1994) :
1.  Warna senyawa kompleks/ ion kompleks.
2. Adanya ion seperti Ni2+, Td2+, Au3+ yang dapat membentuk ion kompleks planar
segiempat dan juga membentuk ion kompleks tetrahedral.
3.  Terjadinya spektra elektronik.
4. Pengecualiaan yang ditemukan pada ion [Cu(NH3)4]2+ yang mempunyai
 geometri planar segiempat.
5.  Sifat ionik pada ion [FeF6]3-.                                                                                                                       
Menurut teori medan kristal atau crystal field theory (CFT), ikatan antara atom pusat dan ligan dalam kompleks berupa ikatan ion, hingga gaya-gaya yang ada hanya berupa gaya elektrostatik. Ion kompleks tersususn dari ion pusat yang dikelilingi oleh ion-ion lawan atau molekul-molekul yang mempunyai momen dipol permanen (Sukardjo, 1992).
Teori medan kristal tentang senyawa koordinasi menjelaskan bahwa dalam pembentukan kompleks terjadi interaksi elektrostatik antara ion logam (atom pusat) dengan ligan. Jika ada empat ligan yang berasal dari arah yang berbeda, berinteraksi dengan atom/ion logam pusat, langsung dengan ligan akan mendapatkan pengaruh medan ligan lebih besar dibandingkan dengan orbital-orbital lainnya. Akibatnya, orbital tersebut akan mengalami peningkatan energi dan kelima sub orbital d-nya kan terpecah (splitting) menjadi dua kelompok tingkat energi. Kedua kelompok tersebut adalah : 1). Dua sub orbital (dx2 – dy2, dan dz2) yang disebut dy atau eg dengan tingkat energi yang lebih tinggi, dan 2). Tiga sub orbital (dxz, dxy, dan dyz) yang disebut de atau t2g dengan tingkat energi yang lebih rendah. Perbedaan tingkat energi ini menunjukkan bahwa teori medan kristal dapat menerangkan terjadinya perbedaan warna kompleks (Hala, 2010).
Medan listrik dari ion pusat akan mempengaruhi ligan-ligan sekelilingnya, sedang medan gabungan dari ligan-ligan akan mempengaruhi elektron-elektron dari ion pusat. Pengaruh ligan ini terutama mengenai electron d dari ion pusat dan seperti kita ketahui ion kompleks dari logam-logam transisi. Pengaruh ligan tergantung dari jenisnya, terutama pada kekuatan medan listrik dan kedudukan geometri ligan-ligan dalam kompleks (Sukardjo, 1992).
Bila medan lstrik ligan mempengaruhi kelima orbital d dengan cara yang sama, maka orbital-orbital d tersebut tetap tergenerasi, tetapi pada tingkat energi yang lebih tinggi. Medan listrik yang dihasilkan oleh ligan tergantung pada letak ligan tersebut disekeliling ion pusat. Jadi medan listrik ligan dalam struktur oktahedral, tetrahedral dan planar segiempat akan berbeda satu sama lain (Syarifuddin, 1994).

IV.              Cara Kerja
A.    Kompleks Ni (II)
1.      Menyiapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan serta membersihkannya terlebih dahulu sebelum dipakai
2.      Menimbang kristal Ni(NO3)  0,75 gr
3.      Membuat larutan induk dengan melarutkan kristal dalam 25 ml aquades
4.      Membuat larutan kompleks I [Ni(H2O)6]2+ dengan mengambil 1 ml laruatn induk Ni dan melarutkannya dalam labu ukur 10 ml dengan aquades.
5.      Membuat larutan kompleks II [Ni(NH3)6]2+ dengan mengambil 10 ml laruatn induk Ni lalu menambahkan 2 ml NH4OH dan 7 ml H2O.
6.      Mengamati absorbansi larutan kompleks I dan II dengan spektrofotometer UV-VIS single beam.
7.      Membandingkan hasil pengukuran dengan literatur dan antara kompleks I dan II.


B.      Kompleks Cu (II)
1.      Menyiapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan serta membersihkannya terlebih dahulu sebelum dipakai
2.      Menimbang kristal Cu2+  0,63 gr
3.      Membuat larutan induk dengan melarutkan kristal dalam 25 ml aquades
4.      Membuat larutan kompleks I [Cu(H2O)4]2+ dengan mengambil 1 ml laruatn induk Ni dan melarutkannya dalam labu ukur 10 ml dengan aquades.
5.      Membuat larutan kompleks II [Cu(NH3)4]2+ dengan mengambil 10 ml laruatn induk Ni lalu menambahkan 2 ml NH4OH.
6.      Mengamati absorbansi larutan kompleks I dan II dengan spektrofotometer UV-VIS single beam.
            7.    Membandingkan hasil pengukuran dengan literatur dan antara kompleks I dan II.    


      Kesimpulan
1.     Ligan NH3 memiliki kekuatan medan ligan yang lebih besar dibadingkan H2O.
2. Semakin besar kekuatan suatu ligan akan menyebabkan pergeseran panjang gelombang pada absorbansi maksimum ke arah yang lebih pendek, dan begitupun sebaliknya.

     Daftar Pustaka
Cotton, F.A. dan Wilkinson, G. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI-Press
Hala, Y. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Makassar : Laboratorium Anorganik FMIPA Universitas Hasanuddin.
Sukardjo. 1992. Kimia Koordinniasi. Jakarta : Rineka Cipta
Syarifuddin, N. 1994. Ikatan Kimia. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Svehla. 1979. Buku Ajar Vogel : Analisis Kimia Kuantitatif Anorganik Makro dan Semimikro. Jakarta : PT. Bina Rupa Aksara

file lengkap dapat di download di sini