Sore itu terasa begitu hampa, seakan api semangat dalam diri
ini sudah mulai redup. Terbesit dalam hati ingin mengobatinya, rasa rindu
kepadanya yang begitu mendalam. Adek-adek TPA yang selalu tersenyum ceria. Dan ku
putuskan tuk mengabaikan semua agenda yang lain, untuk dapat bertemu dengan
mereka untuk mencari semangat baru.
Saat itu kami (aku bersama adek-adek di TPA) sedang belajar
tentang rukun Islam. Maka yang pertama kita belajar melafadzkan kalimat
syahadat dan apa saja maknanya. Karena kebanyakan anak-anak usia dibawah 7
tahun, maka tak lupa ku selingi dengan nyanyian, game dan cerita yang dapat
menarik untuk mereka. Lalu dilanjutkan dengan belajar bacaan sholat serta
memahamkan makna tentang ibadah sholat itu sendiri.
Tak terasa waktu sudah hampir menunjukkan waktu maghrib, maka
lebih ku tekankan tentang pentingnya sholat, agar mereka pun dapat belajar
untuk melaksanakannya dan tak pernah meninggalkan sholat. “ayo adek-adek jgn
sampai kita lupa sma sholatnya ya, biar bisa masuk surga, karna sholat itu
adalah kunci masuk surga, klo kita g punya kuncinya sudah pasti kita g akan
bisa masuk, dan klo kita g masuk surga nanti bakal jatuh ke neraka, jadi
tinggal pilih sendiri nanti pengen masuk surga apa neraka”, ucapku ke mereka. Ada
satu suara kecil yang menyela, anak kecil bernama Apin berkata, “yo pilih masuk
surga lah mas, tapi aku belum bisa bacaan sholat komplit ig mas?? Berarti aku
nanti g bisa masuk surga donk?”. “Klo belum bisa bacaannya gpp, tetep sholat
aja minimal dengan gerakan yang benar dan bacaan yang sudah hafal. Makanya kita
harus belajar terus, bisa belajar bacaan sholat di TPA brg temen-temen yang
lain dan ustadz-ustadazahnya, bisa juga belajar sama gurunya di sekolah, atau
suruh ngajarin bapak di rumah ya dek, biar cepet bisa bacaan sholat dan dapet
kuncinya surga”. Ia menyaut lagi, “ lha wong di rumah aja bapak g pernah sholat
ug mas. klo pas TPA bapak tak ajak buat belajar sholat boleh g mas? Soalnya aku
g pengen bapak besuk masuk neraka dan bisa masuk surga bareng Apin nanti”. “iya
boleh koq, klo bapaknya dek Apin mau nanti kita belajar tentang sholat lagi
bareng-bareng “, jawabku.
Subhanallah, betapa mulianya anak itu. Begitu besar cintanya
untuk keluarganya, bukan hanya dihati namun ia sudah dapat menunjukkan dari
perkataan dan perbuatannya. Bahkan tanpa disadari ia telah melaksanakan perintah
Alloh yang lain. “Ku anfusakum wa ahlikum naaro” Jagalah dirimu dan keluargamu
dari siksa api neraka. Alangkah malunya aku saat mengetahui anak sedini itu
sudah bisa membuktikan cintanya untuk keluarganya. Namun bagaimana dengan aku
yang sudah sedewasa ini, dan belum bisa membuktikan secuil pun cintaku untuk
keluargaku.
Dan benar, sore itu aku mendapatkan pelajaran yang sangat
berharga dari guru-guru kecilku itu. Aku belajar dari seorang anak usia 5 tahun
tentang bagaimana cara membuktikan rasa cinta untuk keluarga. Trima kasih dek
Apin, seorang anak kecil yang lugu dan polos namun dapat memberiku inspirasi
karna rasa cintanya pada keluarganya.
“maka buktikanlah cintamu untuk keluargamu dengan perbuatan
apapun yang dapat menghindarkannya dari api neraka. Lakukan sebisamu mulai
sekarang juga, sebelum kau menyesal saat menyadari mereka telah tiada”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar