Jumat, 26 April 2013

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PENENTUAN BILANGAN KOORDINASI ION KOMPLEKS DENGANMETODE JOB’S


LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II
PENENTUAN BILANGAN KOORDINASI ION KOMPLEKS DENGANMETODE JOB’S

I.                   Maksud Percobaan
Menentukan bilangan koordinasi Fe3+ pada ion [Fe(CNS)n]3-n

II.                Alat dan Bahan
A.    Alat     :
-          Labu ukur 50 ml, 10 ml                 @ 1buah
-          Pipet volum1 ml, 10 ml                 @ 2buah
-          Gelas beker25ml                           21 buah
-          Gelas beker100ml                         2 buah
-          Gelas beker 250ml                        1 buah
-          Pengaduk                                      2 buah
-          Spectrofotometer UV-VIS           1 set
-          Sendok                                          2 buah
-          Cawan                                           1 buah
-          Pipet tetes                                     1 buah
B.     Bahan  :
-            FeCl3 10-2M                                  secukupnya                
-            HNO3 4M                                     secukupnya    
-            KCNS                                          secukupnya
-            K3Fe(CNS)3                                            secukupnya
-            Aquades                                       secukupnya



III.               Dasar Teori
Senyawa kompleks adalah senyawa yang terdiri dari satu atom pusat atau lebih yang menerima sumbangan pasangan elektron dari atom lain, gugus atom penyumbang elektron ini disebut ligan (Pudyaatmaka, 2002).
Ligan didalam ion kompleks berupa ion-ion negatif seperti F- dan CN- atau berupa molekul-molekul polar dengan muatan negatifnya mengarah pada ion pusat seperti H2O atau NH3 (Sukardjo, 1997).
Ligan seperti I-, NH3, CN- hanya memiliki satu atom donor pasangan elektron, dan disebut monodentat. Ligan yang mempunyai atom donor lebih dari satu disebut multidentat. Bidentat kalau punya dua donor, terdentat bila tiga, kuadridentat, pentadentat, dan seterusnya bila mempunyai atom donor pasangan elektron sebanyak 4, 5, 6. Contoh ligan bidentat adalah etilen diamin, H2N-CH2CH2-NH2 yang memiliki dua atom donor yaitu kedua atom N dan 8-hidroksikuinolin (oksin). Sedangkan ligan polidentat contohnya adalah EDTA yang memiliki enam buah atom donor pasangan elektron yaitu melalui kedua atom N dan keempat atom O (dari OH) (Harjadi, 1990).
Satu ion (molekul) kompleks terdiri dari satu atom pusat dengan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom pusat. Atom pusat ditandai dengan bilangan koordinasi. Suatu angka bulat yang ditunjukkan dengan ligan monodentat yang dapat membentuk kompleks stabil dengan atom pusat. Pembentukan kompleks dalam analisis anorganik kualitatif sering trelihat dalam pemisahan dan identifikasi. Salah satu fenomena yang paling umum muncul jika ion kompleks terbentuk adalah adanya perubahan warna d dalam larutan. Fenomena lain yang yang terlihat jika adalah kenaikan kelarutan. Banyak endapan yang dapat melarut karena pembentukan kompleks (Vogel, 1985).
Kemampuan ion kompleks melakukan reaksi yang mengahasilkan pergantian satu atau lebih ligan dalam lingkungan koordinasinya oleh yang lain disebut kelabilan. Kompleks inert adalah yang reaksi pergantian ligannya cukup lambat. Dengan cara memasukkan bersama-sama zat pereaksi  di dalam wadah (Cotton, 1989).
Proses pembentukan senyawa kompleks koordinasi adalah perpindahan satu atau lebih pasangan elektron dari ligan ke ion logam. Jadi, ligan bertindak sebagai pemberi elektron dan ion logam sebagai penerima elektron. Sebagai akibat dari perpindahan kerapatan elektron ini, pasangan elektron menjadi kepunyaan bersama antara ion logam dan ligan, sehingga terbentuk ikatan pemberi penerima elektron. Keadaan-keadaan antara mungkin saja terjadi, namun jika pasangan elektron itu terikat kuat pada kedua sarah tersebut, maka ikatan kovalen sejati dapat terbentuk. Bergantung pada susunan elektronnya, ion logam dapat menerima sejumlah pasangan elektron, sehingga ion logam itu dapat berikatan koordinasi dengan sejumlah ligan. Jumlah ligan yang dapat diikat oleh ion logam itu disebut bilangan koordinasi senyawa kompleks (Sunarya, 2003).
Spektrofotometer adalah alat yang terdiri atas spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat untuk mengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 1990).
Sinar ultraviolet dan sinar tampak memberikan energi yang cukup untuk terjadinya transisi elektronik. Dengan demikian, spektra uv-visible disebut spektra elektronik. Keadaan energi yang paling rendah disebut dengan keadaan dasar (ground state). Transisi-transisi elektronik akan meningkatkan energi molekuler dari keadaan dasar ke satu atau lebih tingkat energi tereksitasi.
Penentuan kadar secara spektrofotometri sinar tampak dilakukan dengan mengukur absorbansi maksimum. Apabila senyawa fisik tidak berwarna maka senyawa diubah dulu menjadi senyawa berwarna melalui reaksi kimia dan absorbansi ditentukan dalam daerah sinar tampak .
Variasi kontinyu merupakan suatu cabang ilmu kimia yang sangat penting karena dapat menentukan dan melakukan suatu proses perubahan-perubahan secara fisika maupun kimia yang dapat kita amati melalui variasi kontinyu.
Metode variasi kontinyu yang dikemukakan oleh Job dapat menimbulkan kondisi optimum pembentukan dan konstanta kestabilan senyawa kompleks yang mengandung konsentrasi ion logam maupun konsentrasi ligan divariasikan (Ewing, 1985).
Metode Job dilakukan dengan pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi yang berubah-ubah, namun molar totalnya sama. Sifat fisika (massa, volume, suhu, daya serap) diperiksa dan perubahannya digunakan untuk meramal stoikiometri sistem. Dari grafik aluran sifat fisik terhadap kuantitas pereaksi, akan diperoleh titik maksimal atau minimal yang sesuai dengan titik stoikiometri sistem yang menyatakan peerbandingan pereaksi dalam senyawa.


IV.              Cara Kerja
1.      Menimbang FeCl3 seberat 0,676 gram
2.      Melarutkan FeCl3 dalam labu ukur 50 ml dengan menambahkan aquades hingga batas
3.      Menimbang KCNS seberat 0,243 gram
4.      Melarutkan KCNS dalam labu ukur 50 ml dengan menambahkan aquades hingga batas
5.      Membuat larutan seri A yaitu dengan mencampur larutan Fe pada alabu ukur 10 ml dengan variasi 0 ml, 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, 5 ml, 6 ml lalu ditambah HNO3 1 ml dan ditambah aquades hingga batas.
6.      Membuat larutan seri B yaitu dengan mencampur larutan CNS pada alabu ukur 10 ml dengan variasi 0 ml, 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, 5 ml, 6 ml lalu ditambah HNO3 1 ml dan ditambah aquades hingga batas.
7.      Membuat larutan seri C yaitu dengan mencampur larutan Fe dan CNS pada alabu ukur 10 ml dengan variasi 0 ml, 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, 5 ml, 6 ml (variasi volume larutan Fe dan CNS berbanding terbalik, 0:6, 1:5, dst) lalu ditambah HNO3 1 ml dan ditambah aquades hingga batas.
8.      Mengambil larutan C yang sudah menjadi homogen sebesar 1 ml lalu melarutkannya dengan aquades pada labu ukur 10 ml hingga batas.
9.      Mengkalibrasi spektrofotometer UV-Vis dengan larutan sampel A1 atau B7 dang larutan blangko yang sama.
10.  Menentukan serapan (absorbansi) masing masing larutan (A, B, C) menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis.
11.  Mencatat hasil spektrofotometer UV-Vis pada tabel hasil pengamatan.
12.  Menghitung ∆A dengan mengurangi selisih antara serapan kompleks dengan ion-ionnya.
13.  Membuat grafik perbandingan antara ∆A dan X Fe3+.
.....................................................................................................................................................................
untuk file lengkap dapat diunduh pada link di bawah ini 
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PENENTUAN BILANGAN KOORDINASI ION KOMPLEKS DENGANMETODE JOB’S
atau di sini http://www.ziddu.com/download/22094318/LAPORANPRAKTIKUMKIMIAANORGANIKIImetodejobs.doc.html

VIII.    Daftar Pustaka
Cotton F.A, Wilkinson G, 1989, Kimia Anorganik Dasar, UI Press, Jakarta
Ewing, G. W, 1985. Instrument Method of Chemical Analysis. New York: Mc Graw-Hill
Harjadi, W., 1990, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Penerbit Gramedia, Jakarta
Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta
Pudyaatmaka, A.Hadyana, 2002, Kamus Kimia,  Balai Pustaka, Jakarta
Sukardjo, 1997, Kimia Fisik, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Sunarya, Yayan. 2003. Ikatan Kimia. Bandung: JICA.
Underwood, A.L., dan Day R. A., 2001, Analisis Kimia Kualitatif, Edisi Keenam,  Erlangga, Jakarta
Vogel, 1985, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro, PT. Kalman Media Pustaka, Jakarta

1 komentar: