LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II
PENENTUAN
BILANGAN KOORDINASI ION KOMPLEKS DENGANMETODE JOB’S
Menentukan bilangan koordinasi Fe3+
pada ion [Fe(CNS)n]3-n
II.
Alat
dan Bahan
A. Alat :
-
Labu ukur
50 ml, 10 ml @
1buah
-
Pipet volum1 ml, 10 ml @
2buah
-
Gelas beker25ml
21 buah
-
Gelas beker100ml 2 buah
-
Gelas beker
250ml 1 buah
-
Pengaduk 2
buah
-
Spectrofotometer UV-VIS 1 set
-
Sendok 2 buah
-
Cawan 1
buah
-
Pipet
tetes 1
buah
B.
Bahan :
-
FeCl3 10-2M secukupnya
-
HNO3 4M secukupnya
-
KCNS secukupnya
-
K3Fe(CNS)3 secukupnya
-
Aquades
secukupnya
III.
Dasar Teori
Senyawa
kompleks adalah senyawa yang terdiri dari satu atom pusat atau
lebih yang
menerima sumbangan pasangan elektron
dari atom lain, gugus atom penyumbang elektron
ini disebut ligan (Pudyaatmaka, 2002).
Ligan
didalam ion kompleks berupa ion-ion negatif seperti F- dan CN-
atau berupa molekul-molekul polar dengan muatan negatifnya mengarah pada ion
pusat seperti H2O atau NH3 (Sukardjo,
1997).
Ligan seperti I-, NH3, CN- hanya memiliki satu atom donor pasangan
elektron, dan disebut monodentat. Ligan yang mempunyai atom donor lebih dari
satu disebut multidentat. Bidentat kalau punya dua donor, terdentat bila tiga,
kuadridentat, pentadentat, dan seterusnya bila mempunyai atom donor pasangan
elektron sebanyak 4, 5, 6. Contoh ligan bidentat adalah etilen diamin, H2N-CH2CH2-NH2
yang memiliki dua atom donor yaitu kedua atom N dan 8-hidroksikuinolin (oksin).
Sedangkan ligan polidentat contohnya adalah EDTA yang memiliki enam buah atom
donor pasangan elektron yaitu melalui kedua atom N dan keempat atom O (dari OH)
(Harjadi, 1990).
Satu ion (molekul) kompleks terdiri dari satu atom pusat
dengan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom pusat. Atom pusat ditandai
dengan bilangan koordinasi. Suatu angka
bulat yang ditunjukkan dengan ligan monodentat yang dapat membentuk kompleks
stabil dengan atom pusat. Pembentukan kompleks dalam analisis anorganik
kualitatif sering trelihat dalam pemisahan dan identifikasi. Salah satu fenomena
yang paling umum muncul jika ion kompleks terbentuk adalah adanya perubahan
warna d dalam larutan. Fenomena lain yang yang terlihat jika adalah kenaikan
kelarutan. Banyak endapan yang dapat melarut karena pembentukan kompleks
(Vogel, 1985).
Kemampuan ion kompleks melakukan
reaksi yang mengahasilkan
pergantian satu atau lebih ligan dalam lingkungan koordinasinya oleh yang lain
disebut kelabilan. Kompleks inert adalah yang reaksi pergantian ligannya cukup lambat. Dengan cara memasukkan bersama-sama zat
pereaksi di dalam wadah (Cotton, 1989).
Proses
pembentukan senyawa kompleks koordinasi adalah perpindahan satu atau lebih
pasangan elektron dari ligan ke ion logam. Jadi, ligan bertindak sebagai
pemberi elektron dan ion logam sebagai penerima elektron. Sebagai akibat dari
perpindahan kerapatan elektron ini, pasangan elektron menjadi kepunyaan bersama
antara ion logam dan ligan, sehingga terbentuk ikatan pemberi penerima
elektron. Keadaan-keadaan antara mungkin saja terjadi, namun jika pasangan
elektron itu terikat kuat pada kedua sarah tersebut, maka ikatan kovalen sejati
dapat terbentuk. Bergantung pada susunan elektronnya, ion logam dapat menerima
sejumlah pasangan elektron, sehingga ion logam itu dapat berikatan koordinasi
dengan sejumlah ligan. Jumlah ligan yang dapat diikat oleh ion logam itu
disebut bilangan koordinasi senyawa kompleks (Sunarya, 2003).
Spektrofotometer
adalah alat yang terdiri atas spektrometer dan fotometer. Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat untuk mengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau
diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara
relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan
sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 1990).
Sinar ultraviolet dan sinar tampak memberikan energi yang cukup untuk
terjadinya transisi elektronik. Dengan demikian, spektra uv-visible disebut
spektra elektronik. Keadaan energi yang paling rendah disebut dengan keadaan dasar
(ground state). Transisi-transisi elektronik akan meningkatkan energi molekuler
dari keadaan dasar ke satu atau lebih tingkat energi tereksitasi.
Penentuan kadar secara spektrofotometri sinar tampak dilakukan dengan
mengukur absorbansi maksimum. Apabila senyawa fisik tidak berwarna maka senyawa
diubah dulu menjadi senyawa berwarna melalui reaksi kimia dan absorbansi
ditentukan dalam daerah sinar tampak .
Variasi
kontinyu merupakan suatu cabang ilmu kimia yang sangat penting karena dapat
menentukan dan melakukan suatu proses perubahan-perubahan secara fisika maupun
kimia yang dapat kita amati melalui variasi kontinyu.
Metode variasi kontinyu yang dikemukakan oleh Job dapat
menimbulkan kondisi optimum pembentukan dan konstanta kestabilan senyawa
kompleks yang mengandung konsentrasi ion logam maupun konsentrasi ligan
divariasikan (Ewing, 1985).
Metode Job dilakukan dengan pengamatan
terhadap kuantitas molar pereaksi yang berubah-ubah, namun molar totalnya sama.
Sifat fisika (massa, volume, suhu, daya serap) diperiksa dan perubahannya
digunakan untuk meramal stoikiometri sistem. Dari grafik aluran sifat fisik
terhadap kuantitas pereaksi, akan diperoleh titik maksimal atau minimal yang
sesuai dengan titik stoikiometri sistem yang menyatakan peerbandingan pereaksi
dalam senyawa.
IV.
Cara Kerja
1.
Menimbang
FeCl3 seberat 0,676 gram
2.
Melarutkan
FeCl3 dalam labu ukur 50 ml dengan menambahkan aquades hingga batas
3.
Menimbang
KCNS seberat 0,243 gram
5.
Membuat
larutan seri A yaitu dengan mencampur larutan Fe pada alabu ukur 10 ml dengan
variasi 0 ml, 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, 5 ml, 6 ml lalu ditambah HNO3
1 ml dan ditambah aquades hingga batas.
6.
Membuat
larutan seri B yaitu dengan mencampur larutan CNS pada alabu ukur 10 ml dengan
variasi 0 ml, 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, 5 ml, 6 ml lalu ditambah HNO3
1 ml dan ditambah aquades hingga batas.
7.
Membuat
larutan seri C yaitu dengan mencampur larutan Fe dan CNS pada alabu ukur 10 ml
dengan variasi 0 ml, 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, 5 ml, 6 ml (variasi volume larutan
Fe dan CNS berbanding terbalik, 0:6, 1:5, dst) lalu ditambah HNO3 1
ml dan ditambah aquades hingga batas.
8.
Mengambil
larutan C yang sudah menjadi homogen sebesar 1 ml lalu melarutkannya dengan
aquades pada labu ukur 10 ml hingga batas.
9.
Mengkalibrasi
spektrofotometer UV-Vis dengan larutan sampel A1 atau B7 dang larutan blangko
yang sama.
10. Menentukan serapan (absorbansi) masing masing larutan (A,
B, C) menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis.
11. Mencatat hasil spektrofotometer UV-Vis pada tabel hasil
pengamatan.
12. Menghitung ∆A dengan mengurangi selisih antara serapan
kompleks dengan ion-ionnya.
13. Membuat grafik perbandingan antara ∆A dan X Fe3+.
.....................................................................................................................................................................
untuk file lengkap dapat diunduh pada link di bawah ini
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PENENTUAN BILANGAN KOORDINASI ION KOMPLEKS DENGANMETODE JOB’S
atau di sini http://www.ziddu.com/download/22094318/LAPORANPRAKTIKUMKIMIAANORGANIKIImetodejobs.doc.html
untuk file lengkap dapat diunduh pada link di bawah ini
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PENENTUAN BILANGAN KOORDINASI ION KOMPLEKS DENGANMETODE JOB’S
atau di sini http://www.ziddu.com/download/22094318/LAPORANPRAKTIKUMKIMIAANORGANIKIImetodejobs.doc.html
VIII.
Daftar
Pustaka
Cotton F.A,
Wilkinson G, 1989, Kimia Anorganik Dasar, UI Press, Jakarta
Ewing, G. W,
1985. Instrument Method of Chemical Analysis. New York: Mc Graw-Hill
Harjadi, W., 1990, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Penerbit
Gramedia, Jakarta
Khopkar. 1990. Konsep
Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta
Pudyaatmaka,
A.Hadyana, 2002, Kamus Kimia, Balai Pustaka, Jakarta
Sukardjo, 1997, Kimia Fisik, PT. Rineka Cipta,
Jakarta.
Sunarya, Yayan. 2003. Ikatan Kimia.
Bandung: JICA.
Underwood,
A.L., dan Day R. A., 2001, Analisis Kimia Kualitatif, Edisi Keenam, Erlangga, Jakarta
Vogel,
1985, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro, PT.
Kalman Media Pustaka, Jakarta
makasih, sangat membantu
BalasHapus